Mindful Day
Bacaan
Kenapa 25 Menit Per Sesi

Kenapa 25 Menit Setiap Sesi Fokus?

Untuk kamu yang belum familiar dengan metode 25 menit sesi fokus mungkin bertanya, kenapa 25 menit? Nah di panduan ini kamu akan menemukan jawabannya beserta dengan cerita dari Rina seorang mahasiswi, Pak Budi seorang guru SMA, dan tentunya hasil penelitian terkait metode ini.

Permasalahan

Rina, seorang mahasiswi tingkat akhir, merasa kewalahan menghadapi tugas akhirnya. Setiap kali dia mencoba untuk mulai menulis, pikirannya seolah membeku. Dia sering menunda-nunda pekerjaan, lalu panik saat tenggat waktu mendekat.

Saat bekerja, Rina mudah terdistraksi. Dia sering mengecek ponsel atau membuka tab media sosial, membuat waktu produktifnya terbuang sia-sia. Di akhir hari, Rina merasa lelah tapi tak banyak yang terselesaikan.

Stress dan kecemasan mulai mempengaruhi tidur dan kesehatannya. Rina merasa frustrasi dan mulai meragukan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas akhir tepat waktu.

Suatu hari, dosennya menyarankan Rina untuk mencoba teknik Pomodoro® - bekerja fokus selama 25 menit, lalu istirahat 5 menit. Awalnya Rina ragu, tapi dia memutuskan untuk mencobanya.

Hasilnya mengejutkan. Rina menemukan bahwa 25 menit cukup singkat untuk membuatnya bisa full fokus, namun cukup lama untuk membuat progres yang berarti. Istirahat pendek membantu menyegarkan pikirannya.

Perlahan tapi pasti, Rina mulai membuat progres secara konsisten. Rasa cemas dan kewalahan mulai berkurang. Dia menemukan ritme kerja yang nyaman dan produktif.

Dalam beberapa minggu, Rina berhasil menyelesaikan draf pertama tugas akhirnya. Lebih dari itu, dia merasa lebih percaya diri dan mampu mengelola waktunya dengan lebih baik.

Teknik Pomodoro®

Teknik Pomodoro® adalah metode mengelola waktu yang dikembangkan oleh Francesco Cirillo pada akhir 1980-an. Cirillo, seorang pengembang perangkat lunak dan entrepreneur Italia, menciptakan teknik ini saat masih menjadi mahasiswa di Universitas Guido Carli di Roma.

Awal mula penemuan teknik ini cukup sederhana dan mirip dengan pengalaman Rina dalam cerita kita. Cirillo, seperti Rina, menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya. Dia merasa kewalahan, sulit berkonsentrasi, dan sering terdistraksi.

Suatu hari, Cirillo memutuskan untuk menantang dirinya sendiri untuk fokus belajar intensif selama 10 menit. Dia menggunakan timer dapur berbentuk tomat (pomodoro® dalam bahasa Italia) untuk menghitung waktu. Setelah eksperimen kecil ini berhasil, dia mulai menyempurnakan tekniknya.

Cirillo akhirnya menetapkan interval 25 menit sebagai waktu optimal untuk fokus, diikuti dengan istirahat pendek. Dia menemukan bahwa interval ini cukup panjang untuk membuat progress yang berarti, namun cukup singkat untuk menjaga fokus dan motivasi.

Kembali ke cerita Rina, kita bisa melihat bagaimana pengalamannya mencerminkan penemuan Cirillo:

1. Masalah awal: Seperti Cirillo, Rina mengalami kesulitan fokus dan merasa kewalahan dengan tugasnya.

2. Pengenalan teknik: Sama seperti Cirillo yang bereksperimen dengan timer tomatnya, Rina diperkenalkan pada teknik ini oleh dosen pembimbingnya.

3. Skeptisisme awal: Baik Cirillo maupun Rina awalnya ragu apakah metode sederhana ini bisa efektif.

4. Penemuan efektivitas: Keduanya terkejut dengan produktivitas yang bisa dicapai dalam interval 25 menit.

5. Penyempurnaan dan adaptasi: Cirillo mengembangkan tekniknya menjadi metode yang lebih terstruktur, sementara Rina menyesuaikan teknik ini dengan kebutuhan spesifik pengerjaan skripsinya.

6. Hasil positif: Baik Cirillo maupun Rina mengalami peningkatan signifikan dalam produktivitas dan kesehatan mental.

Pengalaman Rina mengilustrasikan bagaimana prinsip-prinsip yang ditemukan Cirillo dapat diterapkan dalam konteks modern baik bagi mahasiswa maupun pekerja kreatif yang membutuhkan waktu fokus dalam pekerjaan mereka.

Teknik yang awalnya dikembangkan untuk mengatasi tantangan studi di tahun 1980-an ternyata masih sangat relevan untuk mengatasi masalah penundaan, distraksi digital, dan pengelolaan waktu di era sekarang.

Menurut Penelitian

Metode Pomodoro® ini sesuai dengan teori Cognitive Load yang menggunakan dua mode otak, yaitu focused-mode dan diffused-mode

Ini sesuai dengan praktik Pomodoro® di mana saat kita berfokus selama 25 menit kita menggunakan mode fokus, dan diikuti 5 menit break yang merupakan diffused-mode. 

Dalam sebuah course "Learning how to Learn" oleh McMaster University dan University of California terdapat sebuah strategi pengajaran yang melibatkan otak yang mengatur fokus, yaitu area pre-frontal cortex dan mode relax (diffused-mode) yakni area lainnya pada bagian cerebrum.

Dengan dua mode tadi, yaitu mode fokus (focused-mode) dan mode relax (diffused-mode), hasilnya adalah koneksi neuron yang lebih kuat, pembelajaran yang lebih meaningful tercipta dan meningkatkan penyimpanan ingatan pada otak dalam konteks edukasi.

Cerita Pak Budi Menyelesaikan Pekerjaan Lebih Cepat Daripada Biasanya

Pak Budi, guru Bahasa Indonesia di SMA Cendekia, selalu merasa kewalahan dengan tumpukan pekerjaan. Setiap malam, dia membawa pulang setumpuk esai untuk dinilai, namun sering kali berakhir dengan menundanya hingga akhir pekan.

Sebagai wali kelas, Pak Budi juga harus menyiapkan laporan perkembangan siswa, merancang rencana pembelajaran, dan mengurus berbagai administrasi. Belum lagi, dia sering diminta membantu kegiatan ekstrakurikuler sekolah.

Akibatnya, Pak Budi sering merasa stres dan kelelahan. Dia kesulitan menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan keluarga. Istrinya mulai mengeluh karena Pak Budi jarang punya waktu untuk mereka di rumah.

Suatu hari, saat menghadiri seminar pengembangan guru, Pak Budi mendengar tentang teknik Pomodoro®. Tertarik, dia memutuskan untuk mencobanya.

Pak Budi mulai dengan menilai esai siswa menggunakan teknik ini. Dia menetapkan timer 25 menit dan fokus menilai tanpa gangguan. Setelah istirahat 5 menit, dia melanjutkan sesi berikutnya.

Hasilnya mengejutkan. Dalam waktu dua jam (empat sesi Pomodoro®), Pak Budi bisa menyelesaikan lebih banyak penilaian dibanding biasanya. Lebih penting lagi, kualitas penilaiannya pun meningkat karena dia bisa fokus penuh selama 25 menit.

Pak Budi kemudian menerapkan teknik ini untuk tugas-tugas lain. Dia menggunakan sesi Pomodoro® untuk menyusun rencana pembelajaran, menulis laporan, bahkan menjawab email. Istirahat pendek di antara sesi membantu mencegah kelelahan mental.

Setelah beberapa minggu, Pak Budi merasakan perubahan signifikan. Produktivitasnya meningkat, dan dia bisa menyelesaikan sebagian besar pekerjaan di sekolah. Malam harinya kini bisa dihabiskan bersama keluarga tanpa beban pekerjaan yang menggantung.

Pak Budi juga mulai mengajarkan teknik ini kepada murid-muridnya, terutama yang kesulitan mengelola waktu belajar. Banyak siswa melaporkan peningkatan fokus dan produktivitas setelah mencoba metode ini.

Perubahan Pak Budi bahkan menarik perhatian rekan-rekan guru lainnya. Dia diminta untuk berbagi pengalamannya dalam rapat guru, yang kemudian menginspirasi sekolah untuk mengadopsi teknik Pomodoro® dalam pelatihan manajemen waktu untuk staf dan siswa.

Melalui penerapan sederhana teknik 25 menit ini, Pak Budi tidak hanya meningkatkan produktivitas dan keseimbangan hidupnya, tetapi juga membawa dampak positif bagi komunitas sekolahnya secara keseluruhan.

Kesimpulan

Teknik yang kelihatannya sederhana ini, yakni berfokus 25 menit dan break 5 menit, ternyata memiliki manfaat yang nyata bagi siapapun yang membutuhkan fokus untuk menyelesaikan pekerjaan mereka, antara lain:

1. Mempertahankan konsentrasi: Periode fokus yang lebih pendek membantu menjaga konsentrasi optimal.

2. Mencegah kelelahan: Istirahat singkat memungkinkan otak untuk beristirahat dan memulihkan diri.

3. Meningkatkan produktivitas: Bekerja dalam siklus pendek dapat meningkatkan efisiensi dan output.

4. Mengurangi stres: Jeda teratur membantu mengurangi tekanan dan kecemasan.

5. Keseimbangan lebih baik: Metode ini memungkinkan waktu untuk istirahat dan aktivitas lain.