Teknik Time Boxing untuk Produktivitas

Salah satu teknik untuk mengelola waktu kita adalah teknik time blocking

Tapi, apakah kamu pernah mendengar istilah time boxing?

Dan apa perbedaan keduanya? Mari kita bahas.

Pertama adalah time blocking, dengan teknik ini kita menentukan atau mengeblock waktu tertentu, misalnya pukul 8 sampai pukul 10 untuk mengerjakan project A.

Tujuan dari teknik ini adalah memproteksi waktu yang sudah kita block

Sehingga kita bisa menghindari distraksi dari eksternal, misalnya kita bisa dengan tegas menolak ajakan meeting mendadak di waktu tersebut karena kita sudah block waktu tadi.

Sementara time boxing berbeda, kita tidak bicara pukul berapa

Tetapi time boxing dilakukan dengan menentukan berapa waktu yang akan kita gunakan untuk mengerjakan task tertentu.

Tujuannya adalah agar mengontrol diri kita untuk berhenti saat waktu yang dialokasikan terpenuhi.

Ada beberapa manfaat dari time boxing, antara lain:

  1. memotivasi untuk segera mulai

  2. lebih mudah membagi waktu

  3. meningkatkan efektifitas pekerjaan kita

Kita sudah b

Belajar untuk Uang atau Kesenangan?

Saya tahu bahwa sebagai manusia kita memiliki kencederungan untuk mengejar kebebasan (freedom). Salah satu bentuk kebebasan yang kita cari adalah kebebasan untuk melakukan apapun yang kita suka, termasuk untuk belajar apapun karena kita senang, bukan karena uang.

Tetapi, uang memiliki manfaat yang besar, uang adalah enabler of freedom atau sesuatu yang membuat kebebasan menjadi terwujud, tanpa uang, kita tidak bisa melakukan apapun yang ingin kita lakukan (kecuali kamu ignorant), oleh karena itu juga ada istilah financial freedom.

Tapi, kalau kita belum memiliki kondisi financial freedom, sementara kamu adalah tipe orang yang juga ingin bebas belajar apapun (tanpa motivasi uang), maka kamu perlu menyeimbangkannya.

Kalau kamu orang yang bisa termotivasi hanya oleh uang, Good for you! Karena kamu tidak perlu menyeimbangkan apapun.

Sebagai contoh saya adalah orang yang TIDAK bisa termotivasi HANYA oleh uang, sejak kecil saya sudah secara tidak sadar diprogram oleh orang tua dan lingkungan sekitar bahwa kita harus terus

Produktif dengan Teknik 4-3-3

Pernah gak sih km ngerasa udah berusaha maksimal dalam menjalani hari, tapi selalu merasa ada yang kurang?

Kayak selalu merasa hari ini tuh gak maksimal, harusnya di akhir hari kita tuh puas dengan kegiatan yang kita lakukan seharian.

Tanpa disadari hal itu ngaruh ke mental. 🧵

Seharusnya kan setiap hari, kita tutup hari kita dengan rasa syukur dan puas atas apa yang kita lakukan.

Tapi ada aja moment yang meskipun udah memanfaatkan setiap waktu, tetep aja gak puas.

Nah seperti hal nya main bola, kita juga butuh formasi dan strategi.

Lanjut...?

Pertama, kita harus mendefinisikan, hari yang sempurna itu seperti apa.

Hayo, pernah gak kalian mendesain hari kalian dan mendefinisikan hari yang memuaskan itu yang seperti apa?

Jangan-jangan cuma mengalir bagai air aja. Nih saya kasih tahu strategi nya.

Kita akan gunakan formasi 4 3 3, udah kayak main bola kan. 433 yakni:

  • 4 jam fokus ke hal paling penting

  • 3 tugas-tugas yg lebih kecil (yg sering kamu tunda), selesein!

  • 3 tugas maintenance yang perlu kamu lak

Apakah Boost Connect Bagus Dilakukan?

Pertanyaan ini terkait dengan Upwork.

Di Upwork ada fitur boost connect yang akan membuat bid kita bisa ditempatkan di ranking atas, tetapi kita harus menggunakan "connect" lebih.

Buat yang belum tahu "connect", itu semacam alat tukar nilai di Upwork, untuk apply ke job post kita akan menggunakan "connect" yang kita miliki. Jika habis maka kita tidak bisa apply lagi sampai "connect" kita direfill.

Atau bisa juga kita membayar sejumlah uang untuk membeli "connect", mirip beli koin di game kali ya.

Lalu apa yang dimaksud "boost connect"? Yang dimaksud dengan boost connect adalah kita mengeluarkan connect lebih dari biasanya pada saat apply, tujuannya agar lamaran kita ditempatkan di posisi awal-awal (sehingga klien lebih mudah melihat, terutama saat persaingan banyak)

Nah kembali lagi apakah boost connect bagus?

Jawabannya belum tentu!

Yang perlu diperhatikan terlebih dahulu sebelum menggunakan boost connect adalah fundamental dari yang kamu lakukan. Jadi boost connect bagus untuk meningkatkan keterlihatan (

Pilar Utama Kerja Remote Internasional

Untuk bisa melakukan kerja remote syaratnya cuma 3:

  1. Memiliki skill yang dibutuhkan industri dan bisa dikerjakan secara remote.

Ini artinya pekerjaan-pekerjaan di bidang digital seperti di IT maupun marketing, dan tentu saja pekerjaan lain yang bisa diselesaikan hanya dengan internet dan perangkat komputer atau handphone.

  1. English Skill

Mengincar klien dari berbagai belahan dunia artinya kita harus mampu menggunakan bahasa universal yaitu bahasa Inggris. Adapun levelnya bergantung dari klien yang ingn kamu incar.

Tentu semakin bagus level bahasa inggrismu semakin bagus kesempatanmu untuk mendapatkan klien. Meskipun begitu kamu tidak perlu menunggu untuk merasa "bagus" bahasa inggrisnya untuk sekadar mencoba memulai.

  1. Niat

Meskipun kamu punya skill teknis dan kemampuan bahasa inggris yang cukup, jika kamu tidak niat, maka yang terjadi adalah kamu akan cepat menyerah ketika dihadapkan pada kondisi diluar dugaanmu.

Namun, banyak orang memiliki pilar di atas.

Oleh karena itu, setelah pilar-pilar tersebut terdapat ilmu da

Apa skill yang high demand?

Jika kalian membaca cerita ini, kalian pasti sudah tahu bahwa saya terkadang membuka sesi konsultasi berbayar terkait remote working.

Dan dari sesi konsultasi tersebut, beberapa peserta bertanya "Apa skillset yang high demand?".

Saat ditanyakan pertanyaan semacam ini, saya tidak akan langsung jawab dengan bidang / skill / stack tertentu.

Tapi saya akan kasih disclaimer bahwa saya akan menjawab berdasarkan pengalaman saya, karena saya yakin beda orang bisa jadi beda jawabannya disebabkan beda "tempat mainnya".

Kesalahan umum seorang pemula adalah menelan mentah-mentah informasi dari kursus-kursus berbayar atau bootcamp berbayar.

Tapi sebetulnya hal itu masih tidak mengapa dibanding jika kamu memilih jurusan perkuliahan karena iming-iming high deman tetapi sebetulnya yang diajarkan di kampus jauh panggang dari api, alias ketinggalan dari industri.

Kalau bootcamp / kursus online kan yang dikeluarkan relatif lebih kecil dari segi finansial, dan secara waktu tidak mengikat dan tidak ada kegiatan-kegiatan

Interaksi Ketiga Remote Working

Interaksi ketiga saya dengan remote work merupakan pengalaman yang menurut saya paling menarik dan rewarding.

Satu hal karena pada akhirnya saya bisa full-time remote working, juga karena banyak sekali pelajaran yang saya ambil dan saya yakin bisa bermanfaat bagi orang lain.

Awal tahun 2020 pandemi muncul, meskipun pemerintah dan banyak orang masih denial soal hal tersebut.

Tahun 2020 adalah tahun yang cukup berat, saat itu saya masih menjadi PNS Kemenkeu, namun keinginan saya untuk resign bukan semakin padam tetapi justru semakin kuat.

Padahal tujuan saya setelah resign adalah ingin melanjutkan / merintis bisnis baru, sementara situasi pandemi seharusnya membuat siapapun menjadi ciut.

Akan tetapi akumulasi keresahan, kekesalan dan kedongkolan saya selama menjadi PNS sudah memuncak dan tidak bisa dibendung lagi.

Sehingga akhirnya saya memutuskan untuk resign dari kemenkeu secara resmi per Desember 2020.

Januari 2021, status saya bukan lagi PNS dan saya dengan bersemangat mengurus bisnis.

Sementara itu, kondisi pandemi bukan me

Interaksi Kedua dengan Remote Working

Tahun 2013 saya pertama kali menjadi seorang abdi negara, kemudian memasuki sekitar tahun kelima yaitu sekitar 2018 saya melakukan percobaan kedua menjadi pekerja remote.

Perlu diketahui bahwa meskipun saya lulusan STAN dan ditempatkan di Kemenkeu, saya mengambil kesempatan untuk bisa bekerja di unit IT.

Dengan begitu selama 5 tahun saya bekerja, saya bisa terus menggeluti hobi programming saya. Bahkan kalau ditanya soal akuntansi mungkin saya gak ingat banyak.

Okay, jadi, sekira tahun 2018, ada teman Facebook yang membuka lowongan pekerjaan yang bisa dilakukan secara remote.

Perusahaan yang membutuhkan programmer ini berasal dari Amerika. Sontak saya langsung mendaftar tanpa pikir panjang.

Waktu itu tidak ada test sama sekali, saya hanya diminta menunjukkan kode terbaik yang pernah saya tulis sesuai dengan skill yang dicari.

Mereka mencari programmer React, dan saya saat itu sudah 4 tahunan menggunakan React.

Dari awal saya sudah diberitahu "Mas Kemungkinan besar diterima, siap-siap ya.".

Dan benar saja, tidak lama dari percakap

Interaksi Pertama Remote Work

Perjalanan pertama saya menjadi remote worker terjadi ketika saya baru lulus kuliah.

Saat itu saya sudah sedikit paham programming karena hobi yang saya tekuni selama kuliah.

Meskipun saya kuliah di jurusan Akuntansi Pemerintah saat itu.

2012 saya lulus dari STAN (Sekarang PKN STAN), kebetulan angkatan saya terjadi perubahan dibanding dengan angkatan-angkatan sebelumnya.

Yakni, kami harus menunggu beberapa bulan sebelum mendapatkan penempatan instansi.

Saat itu kami tidak tahu pasti sampai berapa lama akan menunggu, sehingga mau tidak mau kami harus mencari aktivitas masing-masing agar tidak kelihatan "pengangguran" banget.

Mayoritas teman-teman saya memilih magang di kantor-kantor keuangan seperti konsultan pajak.

Tapi karena saya merasa masa depan saya bukanlah di bidang keuangan, maka saya tidak memilih jalur seperti mereka.

Saya putuskan untuk lebih serius menggeluti "hobi" saya, yaitu programming.

Lalu saya mencari tahu tempat untuk bisa mendapatkan pekerjaan secara daring dari rumah.

Saat itu yang cukup populer

Own Your Responsibility

Van Persie, seorang mantan striker tajam di Premier League pernah menasihati anaknya yang saat itu sedang bermain untuk tim Feyenord kelompok usia di bawah umur melawan Ajax.

Pada pertandingan itu, sang anak tidak dimainkan oleh pelatih dan hanya menjadi pelengkap bangku cadangan.

Seusai pertandingan, ia berbicara pada Ayahnya di dalam mobil.

Dia menggerutu, mengeluh, dan membicarakan tentang pelatih, official dan kenapa pelatih tidak memilihnya.

Yang membuat Van Persie kesal adalah anaknya tidak sedikitpun membahas tentang dirinya sendiri.

Kemudian Van Persie bilang ke anaknya, "Hai nak, Kamu terdengar seperti pecundang!"

Dia menjelaskan ke anaknya bahwa orang-orang yang sukses tidak menyalahkan orang lain, dia selalu melihat ke dirinya, menyalahkan dirinya, dan mencari apa hal yang bisa diimprove dari dirinya sendiri sehingga keadaan akan berubah.

Daripada menyalahkan pelatih, seharusnya si anak mengevaluasi kenapa pelatih tidak mempercayainya untuk bermain, apa yang kurang, apa yang harus diimprove sehingga bisa mengubah penila

Mengatasi Stress & Burnout

Jika kamu seorang pekerja kreatif, misalnya programmer, stress adalah bagian dari kehidupanmu sehari-hari.

Artinya pada level tertentu, stress bukanlah masalah yang besar, itu adalah hal yang wajar karena seorang programmer merupakan pekerjaan dengan tingkat pemicu stress yang tinggi.

Yang menjadi masalah adalah jika kamu terlalu stress sehingga kamu kehilangan kendali atas dirimu, kamu kehilangan motivasi, energi untuk menyelesaikan tugas-tugas rutinmu.

Kondisi seperti ini sudah bisa dibilang burnout.

Yaitu kondisi di mana bukan fisikmu yang lelah, tapi kondisi psikismu, mentalmu sangat capek yang mengakibatkan kekosongan, hampa, hilang kesenangan terhadap hal-hal yang normalnya adalah hal yang menyenangkan buatmu.

Seperti halnya stress, burnout pun memiliki level berbeda.

Jika kamu mengalami burnout ringan, mungkin cukup dengan sekadar break atau refreshing sehari dua hari kamu sudah bisa menemukan kembali semangatmu.

Tetapi, jika burnout ringan dibiarkan terus, maka akan sangat berpotensi menuju ke burnout yan

Murah Bukan Solusi

Orang mikir, kalau mereka sepi penjualan terus nurunin harga mereka akan otomatis jasa / jualan mereka menjadi ramai.

Sama seperti pekerja / freelancer, mereka pikir penyebab mereka gak pecah-pecah telur adalah karena harga mereka ketinggian, tapi ternyata setelah banting-bantingan harga sampai sangat murah tetep aja gak ada yang ngelirik.

Padahal, ada banyak faktor yang memengaruhi kenapa orang beli / memilih jasa kita.

Kenali dulu penyebabnya baru rumuskan solusi, bukan langsung turunin harga.

Sebagai contoh begini, kamu orang yang mampu, sudah punya Pajero satu, mau beli mobil kedua, trus kamu ditawari mobil second dengan harga di bawah 100jt, apakah kamu tertarik?

Saya yakin enggak, karena kamu mampu, kamu lebih suka mobil dengan spek dan kualitas yang tinggi.

Begitu juga dengan jasa dan jualanmu, sebelum kamu menurunkan harga, coba cek dulu, apakah kualitas jasa mu yang perlu ditingkatkan dulu?

**Kalau kamu menyasar orang-orang yang mencari kualitas, sementara kualitasmu di bawah ekspektasi mereka, maka semurah apapun kamu tur